Namun ada pula beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan panduan untuk memilih antara fixed effect ataukah random effect :
- Bila T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yaitu fixed effect model.
- Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi keduanya dapat berbeda secara signifikan yang digunakan adalah random effect. Jadi, apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih diambil secara acak (random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita harus menggunakan FEM.
- Apabila cross-section error component berkorelasi dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak bias.
- Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan FEM (Gujarati dan Porter, 2010).
Pengujian secara formal untuk menentukan model yang lebih baik untuk digunakan dilakukan berdasarkan keputusan statistik. Serangkaian pengujian statistik yang dapat dilakukan terdiri dari beberapa langkah. Hal ini dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Chow test berfungsi untuk menentukan apakah model yang digunakan pooled least square atau fixed effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Model fixed effect (unrestricted)
Tolak H0 jika nilai Chow statistik (F-statistic) lebih besar dari F tabel. Dengan demikian, model yang dipilih adalah model fixed effect, dan sebaliknya. Besaran nilai Chow itu sendiri didapat dari perhitungan di bawah ini.
dimana:
RRSS : restricted residual sum square
URSS : unrestricted residual sum square
N : jumlah data unit individ
T : jumlah data deret-waktu
K : jumlah peubah bebas
2) Haussman Test
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect atau random effect yang dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : model random effect
H1 : model
fixed effect
Dasar penolakan
H0 adalah dengan menggunakan
pertimbangan statistik chi square. Jika
chi-square statistic >chi square table (p-value ) maka H0 ditolak model yang digunakan adalah fixed effect. Apabila sebaliknya maka REM yang dipilih.
Gambar Pengujian Pemilihan Metode Panel
Assalamu'alaikum...
ReplyDeletesaya mau tanya pak, kalo seandainya data nya itu diambil berdasarkan purposive sampling, bukan secara random, apa saya bisa menggunakan REM?
maksud no 2 "apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita harus menggunakan FEM. " itu maksudnya apabila sampel diambil dari seluruh populasi atau purposive sampling juga bisa dikategorikan sebagai mengambil sampel secara tidak acak? terimakasih...
Waalaikum salam..Maaf baru bls. Bisa menggunakan REM asalkan jenis datanya adalah data panel yang mengkombinasikan data cross-section & time series. Pemilihan model estimasi panel data secara akurat dan meyakinkan apakah FEM ataukah REM dapat diuji dengan Hausman TEST. Makasih.
DeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeletesaya ada pertanyaan, kalau semisal dalam satu judul penelitian terdapat 2 variabel terikat dimana salah satu variabel terikat tersebut mempengaruhi variabel terikat yang lain, apakah judul seperti itu dapat digunakan data panel sebagai alat analisisnya?
terima kasih :)
Maaf baru dibalas. Penelitian semacam itu dapat digunakan data panel. Tetapi sebaiknya modelnya dimodifikasi menjadi persamaan simultan. Jadi modelnya adalah kombinasi antara persamaan simultan dan model regresi panel data.
DeleteSelamat malam pak
ReplyDeleteSaya ada pertanyaan. Apabila chow test hasilnya FE, LM test hasilnya PLS, dan hausman test hasilnya RE, model apa yang harus saya pilih untuk melakukan analisis hasil?
Terima kasih pak